Kematian
SETIAP hari jutaan orang meregang nyawa diberbagai belahan bumi. Ada yang karena sakit. Ada yang kecelakaan. Ada yang terbunuh. Ada yang bunuh diri. Ada yang karena usia tua. Ada korban perang, perampokan, perkelahian, dan berbagai jenis kekerasan, Atau, banyak pula yang dijemput maut justru ketika bersenang-senang, menghibur diri, pesta narkoba, dan segala macam penyebabnya.
Kematian datang dengan berbagai cara. Tak ada yang bisa menghalangi. karena semua yang hidup pasti mati. Hanya soal waktu dan cara yang berbeda. Tapi. semua kita memiliki sikap yang sama dalam menghadapi datangnya kematian. Setiap kita memiliki insting untuk melawan datangnya kematian . Bahkan setiap kita - kalau bisa- memiliki keinginan untuk hidup selama-lamanya. Hanya orang-orang yang paham makna kematian saja yang bisa menerima datangnya kematian dengan ikhlas dan penuh harap.
Allah memberikan sinyal tentang insting melawan kematian itu. Bahwa kebanyakan manusia berusaha lari dari datangnya maut. Namun, bagaimana pun ia lari, ia akan tetap saja dijemput maut, Hanya soal waktu dan tempat.
QS. Al Jumu`ah(62):8
Katakanlah:"Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".
Kalau sekarang lolos, besok maut akan datang menghampiri. kalupun besok lolos minggu depan datang lagi. Begitu juga bulan depan, tahun depan. Sampai sakaratul maut benar-benar tak terelakan lagi.
QS. Qaaf (50): 19
Dan datanglah Sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.
Kematian adalah batas tegas yang menghentikan segala amalan seorang anak manusia. Jika ia penjahat, sejak itu terhentilah segala kejahatannya. Jika ia seorang dermawan, sejak itu pula terhentilah segala kedermawanannya. Jika ia penguasa , sejak saat itu pula terhentilah segala kekuasaannya. Dan jika ia pejuang kebajikan, maka sejak saat itu pula terhenti segala amal kebajikannya. yang tersisa hanyalah kenangan bagi mereka yang ditinggalkan, Macan mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama dan karya.
Maka sungguh sia-sia hidup seseorang yang tidak meninggalkan apa-apa bagi generasi penerusnya. Harta benda tidak punya. Ilmu tidak pernah memiliki, apalagi mengajarkannya. Karya juga tidak pernah ada. Dan lebih celaka, kalau keturunannya tidak menjungjung tinggi nama keluarga. Lengkaplah kesia-siaan hidupnya. Begitu mati, selesai segalanya.
Seorang manusia yang mati, hanya meninggalkan nama dan karya, karena itu nama harus dijaga, dan karya mesti dibuat sebanyak-banyaknya. agar ia tetap `hidup` dan tidak dilupakan oleh generasi sesudahnya.
Nabi Ibrahim misalnya. adalah nabi yang memiliki karya-karya besar dan kemudian diabadikan oleh Allah sampai akhir zaman, Namanya dikenang selama ribuan tahun, hingga kini. Anak keturunannya banyak yang menjadi nabi dan rasul. Dan doanya bergema sampai kini menjadi rahmat bagi negeri yang makmur.
Amal kebajikan yang kita lakukan selama hidup didunia bakal menjadi cahaya penerang untuk memasuki alam yang lebih tinggi dikehidupan sesudah mati. Kenapa bisa demikian ? ternyata amal kebajikan yang kita lakukan itu menghasilkan frekuensi cahaya di alam yang lebih tinggi . Cahaya itu bakal memancar ditubuh dan wajah orang yang bersangkutan. Dan kemudian menerangi sekitarnya, untuk digunakan menembus kegelapan alam berdimensi tinggi.sebaliknya orang yang banyak dosa bakal kehilangan cahaya
QS. Al Hadlid (57): 12-13
(Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar dihadapan dan disebelah kanan mereka.(dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai yang kamu kekal didalamnya. itulah keberuntungan yang banyak.
Kita pasti mati. Dan kematian itu tidak ketahuan kapan datangnya. Bisa 10 tahun lagi. Bisa tahun depan. Bisa minggu depan. Ataupun esok hari. Bahkan mungkin hari ini. Kita tidak tahu. Karena itu ngapain kita risau ? Bukan kematian yang harus kita risaukan tetapi apa sudah kita lakukan dalam hidup ini sehingga hidup menjadi bermakna , sekaligus kita memiliki bekal memasuki alam kematian.
Comments
Post a Comment